 Persaingan antarperusahaan periklanan makin mengarah tidak sehat karena saling banting harga dengan cara memberikan diskon yang besar. Selain itu, juga harus berhadapan dengan media massa yang juga menawarkan iklan sendiri. Hal itu diungkapkan Harris Thajeb, oleh Ketua Umum Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I), Harris Thajeb, ditemui pada Konperensi Daerah (Konferda) XI P3I Jatim di Surabaya Plaza Hotel (SPH), Sabtu (29/9).
Persaingan antarperusahaan periklanan makin mengarah tidak sehat karena saling banting harga dengan cara memberikan diskon yang besar. Selain itu, juga harus berhadapan dengan media massa yang juga menawarkan iklan sendiri. Hal itu diungkapkan Harris Thajeb, oleh Ketua Umum Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I), Harris Thajeb, ditemui pada Konperensi Daerah (Konferda) XI P3I Jatim di Surabaya Plaza Hotel (SPH), Sabtu (29/9).“Saat ini pemasang iklan lebih memilih membanting harganya, baik yang diperoleh melalui biro iklan atau langsung dari media. Penawaran termurah selalu yang dipilih. Namun pemasang iklan tidak memikirkan apakah dengan harga murah bisa mempromosikan produk dengan maksimal, atau hanya sekadar promosi,” kata Harris yang juga Presdir PT Dentsu Group Indonesia ini.
Ia mengatakan, biaya iklan itu memang mahal, baik iklan di teve, radio, atau outdoor. Ia memamparkan, iklan di teve biaya produksi dan biaya tayangnya mahal. Sedangkan iklan outdoor, biaya produksinya murah namun pajak yang dibayar pengiklan mahal. Belum lagi ditambah biaya
di lapangan yang juga mahal, seperti bayar listrik dan bayar penjaga papan reklame.
“Saya berharap perusahaan periklanan lebih meangedepankan kualitas daripada memberikan diskon yang besar hanya untuk mendapatkan harga murah tapi belum tentu mengena,” kata Harris. Ia menambahkan, perusahaan periklanan dituntut lebih kreatif dengan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) agar bisa bersaing dengan sehat.
Apalagi perusahaan periklanan asing sudah masuk Indonesia. Ada yang dengan menggandeng perusahaan lokal, ada juga membawa bendera perusahaan sendiri. Karena itu, Harris berharap ketua P3I Jatim periode 2012-2016 yang terpilih pada Konperda XI bisa membawa P3I Jatim lebih maju. Selain itu, bisa membawa perusahaan periklanan Jatim lebih kreatif dan bersaing dengan perusahaan asing.
Konperda P3I Jatim yang berlangsung sehari berlangsung lancar dan sesuai jadwal. Pasangan Haries Purwoko dan Agus Winoto terpilih untuk memimpin P3I Jatim periode 2012-2016. Kemenangan pasangan itu sudah diperkirakan sebelumnya. Karena paling siap dan telah memiliki visi dan misi yang tertulis. Sebelum pemilihan, semua peserta Konperda XI P3I Jatim telah membacanya.
Beberapa peserta yang ditemui Radar Surabaya mengatakan, Haries Purwoko adalah anggota baru P3I Jatim. Nama dia juga belum banyak dikenal anggota. Namun karena memiliki pengalaman dalam berorganisasi, peserta Konperda optimistis Haries bisa membawa P3I Jatim lebih. “Saya optimistis Harries bisa membawa P3I Jatim menjadi lebih baik,” kata Mufid Wahyudi, Ketua P3I Jatim periode 2008-2012 di tempat sama.
Pasangan Harries Purwoko dan Agus Winoto meraih 21 suara, dari 44 suara. Pasangan Pranaya Yuda dan Eko yang mendapatkan 15 suara, dan pasangan Rudi dan Ida yang mendapatkan 7 suara, dan satu suara abstain. Menurut Harries, dalam menghadapi tantangan pasar bebas, pembinaan
pengusaha periklanan lokal mendesak dilakukan. Tentunya agar mereka menjadi pengusaha yang berwawasan global, berdaya inovasi dan kreasi tinggi serta tetap setia terhadap kearifan lokal. (za/hen/jpnn)
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori News /
periklanan
 dengan judul Perusahaan Periklanan Bersaing Tidak Sehat. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://berita-ku.blogspot.com/2012/10/perusahaan-periklanan-bersaing-tidak.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: 
Rumput Liar - Senin, 01 Oktober 2012
 








Belum ada komentar untuk "Perusahaan Periklanan Bersaing Tidak Sehat"
Posting Komentar